Rabu, 13 Juli 2011
Tips Menghapal Al-Qur'an
A. PRA MENGHAFAL
1. Pastikan bahwa antum sudah benar-benar bertaubat.
(Baik dosa besar maupun dosa kecil. Akui semua dosa dihadapan Allah, mohon ampun dan
berazzam tidak akan mengulangi lg. Untuk dosa yang berhubungan dengan manusia, maka
minta maaflah segera. Tidak perlu menceritakan/memberitahukan dosa/kemaksiatan yang
kita lakukan kepada orang lain. Cukup Allah yang tau dosa kita dan taubat kita kepada
Allah).
2. Mencintai Al-Qur'an, senang bersama Al-Qur'an, senang mendengarkan tilawah Al-Qur'an,
rindu menghabiskan malam bersama Al-Qur'an (walaupun belum bisa menikmati, karena
memang rasa ini datang bertahap), merasa cukup dengan Al-Qur'an.
3. Membaca Perkataan Allah Swt. dan Rasulullah saw. tentang keutamaan Penghafal
Al-Qur'an. (Silahkan buka dokumen tenetang KEUTAMAAN PENGHAFAL AL-QUR'AN).
B. PERSIAPAN MENGHAFAL
1. Beli mushaf Al-Qur'an yang paling nyaman kita memandang tulisannya, memegangnya,
membawanya.
2. Beli mushaf Al-Qur'an pojok (disetiap akhir halaman, ditutup dengan akhir ayat, artinya
tidak ada ayat yang bersambung ke halaman berikutnya), dan jangan pernah mengganti
mushhaf dengan mushhaf yang berbeda tampilan tulisannya. Kalau harus mengganti,
ganti dengan mushhaf yang persis sama.
3. Sediakan waktu khusus untuk menghafal al-Qur'an, yang tidak kita ganggu dengan
apapun, dan kita merasa sangat nyaman dengan waktu itu. Misalnya ba'da shubuh,
ba'da ashar atau ba'da maghrib. Masing-masing kita memiliki waktu yang berbeda untuk
itu. Setelah kita tentukan waktu itu, maka berazzam lah, bahwa waktu itu khusus
untuk Al-Qur'an, dan tidak akan kita ganggu dengan apapun, kecuali untuk hal yang
lebih penting dari Al-Qur'an.
4. Usahakan kita punya Guru untuk memperdengarkan hafalan kita didepan nya. Keberadaan guru ini sangat penting. Bahkan bagi Penghafal Al-Qur'an, keberadaan Guru ini sebuah keniscayaan. Namun untuk tahap awal dan bersifat sementara, kita bis cari teman yang bisa menggantikan keberadaan guru. INGAT. Hanya sementara.
Kriteria Guru Sementara:
1. Bacaan Al-Qur'annya baik (benar dan lancar).
2. Kalau tidak ada, gpp yang bacaannya masih belum benar, tapi ini sifatnya dhoruri. Harus segera mencari pengganti yang baik.
C. MULAI MENGHAFAL
HARI I
1. Luruskan niat. Bahwa kita menghafal bukan karena ingin memperlihatkan "Saya" di mata makhluk. Tapi semata-mata karena mengejar Fadhilah yang dijanjikan Allah.
2. Yakinlah, bahwa tanpa pertolongan Allah, kita tidak akan bisa. Sesuatu yang dimudahkan Allah untuk kita, pasti mudah. Sesuatu yang tidak dimudahkan Allah untuk kita, pasti sulit. Karena itu, memohonlah kepada Allah.
3. Diwaktu yang telah kita tentukan (Ba'da shubuh/ashar/maghrib/dll), duduklah dengan nyaman di tempat yang telah kita tentukan (sebelumnya tentu kita telah bersiap diri; bersih-bersih, suci badan, pakaian, tempat).
4. Pastikan semua yang akan menggangu kita, sudah kita amankan. Contoh: Ini yang paling menggangu, HP. Jangan di silent/getar, atau kondisi apapun. Tapi, MATIKAN. Hal-hal mengganggu lainnya, masing-masing kita beda.
5. Untuk waktu pertama, test dulu kemampuan kita menghafal. Misalnya, dalam waktu 30 menit, kita kuat menghafal berapa halaman? Rata-rata, dalam waktu 30 menit, seseorang bisa menghafal 1/2 sampai 1 halaman. Ini kemampuan diawal. Seiing dengan waktu, kita akan terbiasa dan bisa menghafal lebih dari itu dalam 30 menit. Bahkan, untuk yang sudah menghafal diatas 5 juz, ada yang bisa menghafa 2.5 lembar (5 halaman) per 1 jam.
6. Misalnya kita bisa menghafal 1/2 halaman selama 30 menit, maka itulah target kita setiap hari. 1/2 halaman perhari dalam waktu 30 menit (15 menit menghafal, 15 menit melancarkan). (Jika ingin mencoba 1 jam, silahkan). Setelah kita hafal 1/2 halaman selama 30 menit, silahkan hidupkan hp dan balas sms yang masuk.
7. Usahakan jika kita menghafal pagi, kita sudah memperdengarkan bacaan kita didepan guru (atau orang yang menggantikan posisi guru, bisa teman yang baik bacaan Al-Qur'annya -gpp walaupun gak hafal- untuk menyimak hafalan kita).
8. Kemudian, ulangi hafalan baru kita tadi setiap 2 - 3 jam. Jangan lebih dari 3 jam, karena beresiko lupa. Usahakan dengan SANGAT, kita mengulang hafalan baru tadi sebelum tidur, agar dia masuk kealam bawah sadar ketika tidur. Kemudoan ulangi lg setelah bangun tidur (Ketika Tahajud/Sholat Sunnah Qabla Shubuh atau ba'da shubuh).
Beberapa tips MENGHAFAL:
Teori 1. Baca ayat pertama berulang-ulang, hingga kita merasa "sangat akrab" dengan ayat itu. Setelah kita bisa mengulangi ayat itu dengan lancar tanpa melihat mushhaf, silahkan keayat berikutnya. Ada yang teori yang bilang, diulang 20 kali.
Teori 2. Baca setiap ayat dengan melihat makna/terjemahnya.
Teori 3. Silahkan berteori sendiri, lakukan saja sesuka kita. Mana yang paling terasa mudah dan cepat, itu yang kita pakai. Yang penting, hafalkan saja.
Antara Ukhuwah dan Pacaran
Maksud hati ingin ukhuwah dengan lawan jenis, tapi malah terjebak dalam pacaran. Tadinya pengen menjalin ukhuwah islamiyah, tapi apa daya kecemplung jadi demenan. He..he.. jangan heran atuh, sebab hubungan dengan lawan jenis itu rentan banget disusupi oleh perasaan-perasaan lain yang getarannya lebih dahsyat. Apalagi kalo ditambah naik bajaj, dijamin tambah menggigil karena vibrasinya kuat banget (apa hubungannya?)
Sobat muda muslim, sesama aktivis masjid atau organisasi kerohanian di sekolah dan kampus, selalu saja muncul hal-hal tak terduga. Cinta lokasi kerap mewarnai per¬jalanan hidup mereka. Iya dong, aktivis juga kan manusia. Wajar banget dong untuk merasakan hal-hal seperti itu. Apalagi mereka sama-sama sering bertemu. Bukankah pepatah Jawa mengatakan, witing tresno jalaran soko kulino sering jadi rujukan untuk menggambarkan perasaan itu? Ati-ati!
Hmm… rasa cinta itu muncul karena seringnya bersama atau bertemu, begitu maksudnya? Yup, kamu cukup cerdas dalam masalah ini. Iya, jadi jangan kaget or heran kalo sesama aktivis pengajian muncul perasaan itu. Apalagi di antara mereka udah saling mengetahui kebiasaan masing-masing. Dijamin perasaan ‘ser-seran’ keduanya dijembatani oleh seringnya komunikasi dan frekuensi pertemuan. Udah deh, panah-panah asmara mulai dilepaskan dari busur masing-masing dalam nuraninya. Duh gusti, itu artinya sang panah asmara siap menembus hati masing-masing. Siap memekarkan bunga-bunga di taman hati mereka. Seterusnya, jatuh hati dan saling memendam rindu. Uhuy!
Jadi, kalo nggak kuat-kuat amat imannya, kamu bakalan melakoni aktivitas pacaran sebagaimana layaknya dilakukan oleh mereka yang masih awam sama ajaran agama. Nggak terasa, di antara kamu mulai berani janjian untuk ketemu di masjid. Walau mungkin masih malu-malu. Tapi jangan salah lho, jika nafsu udah jadi panglima, akal sehat kamu pasti keroconya. Kamu lalu deklarasi, “akal sehat saatnya minggir!”. Waduh, gimana jadinya kalo sesama aktivis malah terjebak dalam perasaan-perasaan seperti ini?
Sobat muda muslim, memang ukhuwah itu tidak dibatasi cuma kepada satu jenis manusia aja, tapi kepada dua jenis sekaligus, yakni laki dan wanita. Bahkan ukhuwah islamiyah berdimensi sangat luas, yakni nggak dibatasi oleh waktu dan tempat. Kapan pun dan di mana mereka berada, asal mereka adalah muslim, itu saudara kita. Hanya saja, untuk ukhuwah dengan lawan jenis, memang ada aturan mainnya sendiri, sobat. Nggak sembarangan, atau nggak sebebas dalam bergaulnya seperti kepada teman satu jenis. Itu sebabnya, kita bahas masalah ini di buletin kesayangan kamu ini. Betul? Loading…
Ketika cinta mulai menggoda
Rasa cinta itu unik. Nggak mengenal status seseorang, dan juga suka tiba-tiba aja datang. Hadir dalam jiwa, menggerogoti hati, mengaduk-mengaduk perasaan, yang akhirnya muncul rasa suka dan rindu. Duh, banyak pujangga yang berhasil menorehkan kata-kata puitisnya tentang cinta. Sebab cinta itu naluriah. Pasti dimiliki oleh seluruh manusia, termasuk hewan. Allah udah memberikan rasa itu kepada manusia. Firman-Nya:
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wa¬nita-wanita, anak-anak,” (QS Ali Imraan [3]:14)
Nah, gimana jadinya kalo sesama aktivis pengajian muncul rasa cinta? Nggak masalah. Sah-sah saja kok. Bahkan sangat mungkin ter¬jadi. Itu naluriah. Cuma, tetap harus aman dan terkendali. Nggak boleh mengganggu stabilitas nasional (ciiee.. bahasanya pejabat banget tuh!). Iya, saat cinta menggoda, jarang yang bi¬sa bertahan dari godaannya yang kadang menggelapkan mata dan hati seseorang. Jangan heran dong kalo sampe ada yang nekat pacaran. Wah, aktivis pengajian kok pacaran?
Sobat muda muslim, itu sebabnya kamu kudu bisa jaga diri. Ukhuwah islamiyah di antara sesama aktivis pengajian tentunya nggak dinodai dengan perbuatan yang mencemarkan nama baik organisasi, nama baik kamu, nama baik se¬sama aktivis pengajian, dan yang jelas kesucian Islam. Jangan sampe ada omo¬ngan, “aktivis pengajian aja pacarannya kuat, tuh! Muna deh!”. Coba, gimana kalo sampe ada yang bilang begitu? Nyesek banget kan? Jelas lebih dahsyat dari wabah SARS tuh! Upss...
Kalo udah gitu, bisa ngerusak predikat tuh. Bener. Sebab, serangan kepada orang yang punya predikat ‘paham agama’ lebih kenceng. Jadi kalo ada aktivis pengajian yang pacaran, orang di sekililing mereka dengan sengit mengolok-olok, mencemooh, bahkan mencibir sinis. Kejam juga ya? Bandingkan dengan orang yang belum paham agama, atau nggak aktif di organisasi kerohanian Islam, biasa-biasa aja tuh. Sobat, inilah semacam ‘hu¬kuman sosial’ yang kudu ditanggung seseorang yang udah dipandang ngerti. Padahal, sama aja dosanya. Tapi, seolah lebih besar kalo itu dilakukan oleh aktivis penga¬jian. Gawat!
Wajar juga sih pan¬dangan seper¬ti itu. Sebab, umat kan lagi nyari siapa yang dapat ia percayai dan teladani dalam kehidupannya. Jadi, jangan khianati kepercayaan mereka kepadamu hanya gara-gara soal cinta yang kebablasan. Sebab, mereka menganggap bahwa kamu mampu menjaga diri dan mungkin orang lain. Nah, kalo kemudian kamu melakukan perbuatan yang merendahkan martabatmu, rasanya pantes banget kalo kemudian mereka nggak percaya lagi sama kamu yang aktif di pegajian. Betul apa betul?
Sobat muda muslim, cinta seketika bisa datang menggoda, hadir dalam jiwa, memenuhi rongga dada, dan membawa asa yang meng¬hempaskan segala duka yang pernah ada. Hmm.. kalo itu yang kamu rasakan, harap hati-hati. Ukhuwah di antara kamu jangan dinodai dengan aktivitas bejat, meskipun atas nama cinta. Berbahaya. Jangan heran kalo Kahlil Gibran pernah bikin puisi seperti ini: “Cinta berlalu di hadapan kita, terbalut dalam keren¬dahan hati, tetapi kita lari darinya dalam ketakutan, atau bersembunyi di dalam kege-lapan; atau yang lain mengejarnya, untuk berbuat jahat atas namanya”
Jaga jarak aman!
Idih, emangnya mengendarai mobil sampe dibilang jaga jarak aman? He..he..he... jangan salah euy, justru yang berbahaya adalah karena seringnya deketen, apalagi sampe gesekan segala (emangnya kartu kredit main gesek?).
Jaga jarak aman adalah cara ampuh menjaga hati kita untuk tidak melakukan aktivitas berbahaya. Bukankah seringkali kamu tak berdaya jika deketan sama orang yang kamu incer? Sebab, kalo nggak diatur dengan batasan ajaran agama, kamu bisa kebablasan berbuat tuh. Bener. Jangan sampe kamu lakuin.
BTW, apa aja sih batasan bergaul dengan lawan jenis, khususnya sesama aktivis? Iya, biar kita jadi ngeh, apa yang boleh dilakukan dan mana yang terlarang untuk dilakoni. Supaya ukhuwah kita nggak bias dengan pacaran.
Pertama, kurangi frekuensi pertemuan yang nggak perlu. Memang, kalau sudah cinta, berpisah sejam serasa 60 menit, eh maksudnya setahun. Bawaannya pengen ketemu melulu. It’s not good for your health, guys! Ini nggak sehat. Perbuatan seperti itu bukannya meredam gejolak, tapi akan memperparah suasana hati kita. Pikiran dan konsentrasi kita malah makin nggak karuan. Selain itu bukan mustahil kalau kebaikan yang kita kerjakan jadi tidak ikhlas karena Allah. Misal, karena si doi jadi moderator di acara pengajian, eh kita bela-belain datang karena pengen ngeliat si doi, bukan untuk nyimak pengajiannya itu sendiri.
Yup, kurangi frekuensi pertemuan, apa¬lagi kalau memang tidak perlu. Kalau sekadar untuk minjem buku catatan, ngapain minjem pada si doi, cari aja teman lain yang bisa kita pinjam bukunya. Lagipula, kalau kamu nggak sabaran, khawatir ada pandangan negatif dari si doi. Bisa-bisa kamu dicap sebagai ikhwan atau akhwat yang agre (maksudnya agresif). Zwing...zwing.. gubrak!
Kedua, jangan ‘menggoda’ dengan gaya bicara dan penampilan yang gimanaa.. gitu. Jadi, ketika kamu berbicara dengan lawan jenis harus diperhatikan intonasi dan gaya bicaranya. Bagi wanita, jangan sekali-kali ketika berin¬teraksi dengan anak cowok menggunakan gaya bicara yang mendayu-dayu kayak penyanyi dangdut. Suaranya dibuat merdu merayu hingga menyisakan rasa penasaran yang amat sangat bagi kaum lelaki. Wow! Firman Allah:
“Jika kamu bertakwa, maka janganlah kamu terlalu lemah lembut (mengucapkan perkataan, nanti orang-orang yang dalam hatinya ragu ingin kepadamu. Dan berkatalah dengan perkataan yang baik. “ (QS. al-Ahzab [33]: 32)
Ketiga, menutup aurat. Nggak salah neh? Kalo aktivis kan udah ngeh soal itu Bang? Bener. Harusnya memang begitu. Tapi, banyak juga yang belum tahu bagaimana cara menge¬nakan busana sesuai syariat. Akhwatnya masih pake kerudung gaul yang ‘cepak’ abis! (kalo yang bener kan ‘gondrong’. He..he..). Iya, keru¬dungnya aja modis banget. Pake lipstik lagi bibirnya. Bedakannya tebel banget pula. Minyak wanginya? Bikin ikan sekom ngapung!
Jadi buat para akhwat, jangan tabarujj deh. Duh, kebayang banget lucunya kalo aktivis pengajian tabarujj alias tampil pol-polan dengan memamerkan kecantikannya. Jangan ya, Allah Swt. berfirman: “...dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu” (QS al-Ahzab [33]: 33)
Banyak lho yang mengaku aktivis masjid tapi kelakuannya masih begitu. Jadi, mari kita sama-sama membenahi diri kita dan juga teman-teman yang lain sesama aktivis masjid. perubahan memang butuh proses. Tapi, kudu dimulai dari sekarang. Siap kan? Heu-euh!
Keempat, kurangi berhubungan. Mungkin ketemu langsung sih nggak, tapi komunikasi jalan terus tuh. Mulai dari sarana ‘tradisional’ macam surat via pos, sampe yang udah canggih macam via telepon, HP, dan juga internet. Wuih, ketemu langsung emang jarang, tapi kirim SMS dan nelponnya kuat. Apalagi kalo urusan chatting, pake ada jadwalnya segala. Udah gitu, kirim-kirim e-mail pula. Hmm... jadi tetep berhubungan kan? Emang sih bukan masuk kategori khalwat. Tapi kan bisa menum¬buhkan rasa cinta, suka, dan sayang? Nggak percaya? Jangan dicoba! He..he..
Kelima, jaga hati. Ya, meski sesama aktivis pengajian, bisikan setan tetap berlaku. Bahkan sangat boleh jadi makin kuat komporannya. Itu sebabnya, kalo hatimu panas terus karena panah asmara itu, dinginkan hati dengan banyak mengingat Allah. Mengingat dosa-dosa yang udah kita lakukan ketika sholat dan membaca al-Quran. Firman Allah Swt.: “Ingatlah dengan mengingat Allah hati menjadi tenang.” (ar-Ra’du [13]: 28)
Oke deh, kamu udah punya modal sekarang. Hati-hatilah dalam bergaul dengan teman satu pengajian. Jaga diri, kesucian, dan kehormatan kamu dan temanmu. Jangan nekat berbuat maksiat. Kalo udah TKD alias Teu Kuat Deui, segera menikah saja (kalo emang udah mampu). Kalo belum mampu? Banyakin aktivitas bermanfaat dan seringlah berpuasa.
Emang sih kalo pengen ideal, kudu ada kerjasama semua pihak; individu, masya¬rakat dan juga negara. Hmm.. soal cinta juga urusan negara ya? Negara wajib meredam dan memberantas faktor-faktor yang selalu ngom¬porin masyarakat untuk berbuat yang nggak-nggak. Betul? Jadi, jangan sampe ukhuwah kita berubah jadi demenan! Catet yo.
-----------------------------------------------------
kumpulan artikelku: MUDA ONLY
Langganan:
Postingan (Atom)