Jumat, 29 April 2011
Pengertian Pembentukan Akhlak
Ada dua pendekatan yang dapat digunakan untuk mendefinisikan akhlak, yaitu pendekatan linguistik (kebahasaan), pendekatan terminologik (peristilahan).
Dari sudut pembahasan, akhlak berasal dari bahasa Arab, jamak dari khuluqun خُلُقٌ yang menurut bahasa berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Kata tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan khalaqun خَلْقٌ yang berarti kejadian, yang juga erat hubungannya dengan خَالِقٌ yang berarti pencipta, demikian pula dengan makhluqun مَخْلُوْقٌ yang berani yang diciptakan.
Ibnu Athir menjelaskan bahwa:
Hakikat makna khuluq itu, adalah gambaran batin manusia yang tepat (yaitu jiwa dan sifat-sifatnya), sedang khalqi merupakan gambaran bentuk luarnya (raut muka, warna kulit, tinggi rendahnyaaa tubuh dan lain sebagainya).
Imam al-Ghazali mengemukakan definisi akhlak sebagai berikut:
Akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang dari padanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak memerlukan pertimbangan pikiran (lebih dahulu).
Dr. M. Abdulah Dirroz, mengemukakan definisi akhlak sebagai berikut:
Akhlak adalah sesuatu kekuatan dalam kehendak yang mantap, kekuatan dan kehendak mana berkombinasi mambawa kecendrungan pada pemilihan pihak yang benar (dalam hal akhlak yang baik) atau pihak yang jahat (dalam hal akhlak yang jahat).
Dari beberapa pengertian tersebut di atas, dapatlah dimengerti bahwa akhlak adalah tabiat atau sifat seseorang, yakni keadaan jiwa yang terlatih, sehingga dalam jiwa tersebut benar-benar telah melekat sifat-sifat yang melahirkan perbuatan-perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa dipikirkan dan diangan-angankan lagi.
Arti pembentukan akhlak sebagaimana Imam al-Ghazali kemukakan, “Seandainya akahlak itu tidak dapat menerima perubahan, maka batallah fungsi wasiat, nasihat, dan pendidikan, dan tidak ada fungsinya hadits yang mengatakan, ‘perbaikilah akhlak kamu sekalian’.” Dengan demikian dapat kita katakan bahwa akhlak merupakan hasil usaha dari pendidikan dan pelatihan, terhadap potensi rohaniah yang terdapat dalam diri manusia.
Pembinaan akhlak merupakan tumpuan perhatian dalam Islam. Rukun iman merupakan integrasi dalam pembinaan tersebut, demikian pula rukun Islam. Dengan demikian dapat dipahami bahwa langkah yang digunakan adalah dengan menggunakan ibadah sebagai sarana secara simultan.
Cara yang digunakan, dengan sarana di atas, diantaranya adalah pembiasaan yang dilakukan sejak kecil dan berlangsung kontinyu. Pada masa ini, pembentukan akhlak secara lahiriah terkadang perlu menggunakan cara paksaan yang jangka panjang akan membiasa. Kemudian, pembinaan dilakukan dengan memberi teladan. Cara-cara di atas telah terlebih dahulu dicontohkan oleg Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam.
Diantara faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak adalah faktor dari dalam dan dari luar diri. Potensi fisik, intelektual, dan hati yang dibawa sejak lahir merupakan faktor dari dalam, sedangkan faktor dari luar yaitu pihak-pihak yang mempengaruhi pembentukan akhlak, seperti orang-tua, ustadz, guru, dll.
Pada akhirnya, pembentukan akhlak ke arah akhlak al-karimah akan membawa dampak yang tidak hanya dirasakan oleh yang bersangkutan namun juga dirasakan oleh orang lain. Manfaat akhlak disebutkan di dalam al-Qur’an, seperti dalam surat An-Nahl : 97, al-Kahfi : 88, dan al-Mu’min 40. Sedangkan ditinjau dari beberapa hadits, hikmah akhlak mulia diantaranya memperkuat dan menyempurnakan agama, mempermudah hisab di akhirat, menghilangkan kesulitan dan selamat dunia akhirat
sumber : Berry Blog
Dari sudut pembahasan, akhlak berasal dari bahasa Arab, jamak dari khuluqun خُلُقٌ yang menurut bahasa berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Kata tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan khalaqun خَلْقٌ yang berarti kejadian, yang juga erat hubungannya dengan خَالِقٌ yang berarti pencipta, demikian pula dengan makhluqun مَخْلُوْقٌ yang berani yang diciptakan.
Ibnu Athir menjelaskan bahwa:
Hakikat makna khuluq itu, adalah gambaran batin manusia yang tepat (yaitu jiwa dan sifat-sifatnya), sedang khalqi merupakan gambaran bentuk luarnya (raut muka, warna kulit, tinggi rendahnyaaa tubuh dan lain sebagainya).
Imam al-Ghazali mengemukakan definisi akhlak sebagai berikut:
Akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang dari padanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak memerlukan pertimbangan pikiran (lebih dahulu).
Dr. M. Abdulah Dirroz, mengemukakan definisi akhlak sebagai berikut:
Akhlak adalah sesuatu kekuatan dalam kehendak yang mantap, kekuatan dan kehendak mana berkombinasi mambawa kecendrungan pada pemilihan pihak yang benar (dalam hal akhlak yang baik) atau pihak yang jahat (dalam hal akhlak yang jahat).
Dari beberapa pengertian tersebut di atas, dapatlah dimengerti bahwa akhlak adalah tabiat atau sifat seseorang, yakni keadaan jiwa yang terlatih, sehingga dalam jiwa tersebut benar-benar telah melekat sifat-sifat yang melahirkan perbuatan-perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa dipikirkan dan diangan-angankan lagi.
Arti pembentukan akhlak sebagaimana Imam al-Ghazali kemukakan, “Seandainya akahlak itu tidak dapat menerima perubahan, maka batallah fungsi wasiat, nasihat, dan pendidikan, dan tidak ada fungsinya hadits yang mengatakan, ‘perbaikilah akhlak kamu sekalian’.” Dengan demikian dapat kita katakan bahwa akhlak merupakan hasil usaha dari pendidikan dan pelatihan, terhadap potensi rohaniah yang terdapat dalam diri manusia.
Pembinaan akhlak merupakan tumpuan perhatian dalam Islam. Rukun iman merupakan integrasi dalam pembinaan tersebut, demikian pula rukun Islam. Dengan demikian dapat dipahami bahwa langkah yang digunakan adalah dengan menggunakan ibadah sebagai sarana secara simultan.
Cara yang digunakan, dengan sarana di atas, diantaranya adalah pembiasaan yang dilakukan sejak kecil dan berlangsung kontinyu. Pada masa ini, pembentukan akhlak secara lahiriah terkadang perlu menggunakan cara paksaan yang jangka panjang akan membiasa. Kemudian, pembinaan dilakukan dengan memberi teladan. Cara-cara di atas telah terlebih dahulu dicontohkan oleg Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam.
Diantara faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak adalah faktor dari dalam dan dari luar diri. Potensi fisik, intelektual, dan hati yang dibawa sejak lahir merupakan faktor dari dalam, sedangkan faktor dari luar yaitu pihak-pihak yang mempengaruhi pembentukan akhlak, seperti orang-tua, ustadz, guru, dll.
Pada akhirnya, pembentukan akhlak ke arah akhlak al-karimah akan membawa dampak yang tidak hanya dirasakan oleh yang bersangkutan namun juga dirasakan oleh orang lain. Manfaat akhlak disebutkan di dalam al-Qur’an, seperti dalam surat An-Nahl : 97, al-Kahfi : 88, dan al-Mu’min 40. Sedangkan ditinjau dari beberapa hadits, hikmah akhlak mulia diantaranya memperkuat dan menyempurnakan agama, mempermudah hisab di akhirat, menghilangkan kesulitan dan selamat dunia akhirat
sumber : Berry Blog
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar
Syukron Jazilan ya Akhi/Ukhti Telah Berkomentar Di sini Dengan Baik dan Sopan ..
Ahlan wa Sahlan Fi Rohis 10..